Management proyek dan resiko (rangkum)
Bab 1
Pendahuluan
Manajemen
proyek kini merupakan keharusan, bukan lagi sekedar pilihan. Ini berarti bahwa
pekerjaan-pekerjaan tertentu akan lebih efisien dan efektifjika dikelola dalam
kerangka proyek dan bukan diperlakukan sebagai pekerjaan biasa. Dengan demikian
diperlukan penerapan manajemen proyek secara benar. Maka memahami manajemen proyek
secara benar sangatlah pentingd alam rangka bisa melaksanakannya. Pembuatan
Jalan Tol Cipularang yang menghubungkan JakartaBandungy ang mempersingkat waktu
tempuh kedua kota itu dilakukan dengan menggunakan cara pengelolaan pekerjaan
yang berbeda dengan pengelolaan pekerjaan-pekerjaan regular (normal). Batasan
waktu yang tersedia dan biaya yang dianggarkan serta kualitas jalan merupakan
hal-hal yang harus dipenuhi dalam penyelesaian pekerjaan tersebut. Begitu juga
ketika Pemerintah Indonesia membangun kembali Provinsi Aceh darik ehancuran
akibat bencana alam tsunami, pemerintah menugaskan tim khusus dengan manajemen
khusus juga untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada kedua contoh itu telah
berlangsungs ua tu pekerjaan besar yang perlu perencanaan dan pelaksanaan
secara sungguh-sungguh dan dalam waktu tertentu. Contoh pekerjaan proyek yang
lain adalah pembuatan suatu corporate plan. Suatu perusahaan perlu membuat
rencana strategis untuk jangka lima tahun ke depan. Rencana in is eringd isebut
dengan corporate plan. Untuk itu, perusahaan tersebut meminta sebuah konsultan
untuk membuatnya. Kepada konsultan ini diberi batasan waktu, biaya dan lingkup
pekerjaan tertentu yang harus diselesaikan. Dalam contoh contoh ini, dua proyek
yang pertama berhubungan dengan pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan yang ketiga
lebih bersifat pekerjaan jasa. Contoh di atas tadi sekedar memberi gambaran
bahwa banyak di sekitar kita kejadian yang dinamakan proyek yang pengelolaannya
pun perlu cara khusus agar bisa menghasilkan output yang lebih baik. Dalam
beberapa sesi berikut akan dibahas pengertian proyek, manajemen proyek, mengapa
manajemen proyek, tawar menawar dalam manajemen proyek.
Definisi Proyek
Mengapa
contoh pekerjaan-pekerjaan di atas dinamakan proyek, sementara kegiatan-kegiatan
manusia yang lain, seperti menanam padi, pembayaran gaji bulanan para karyawan
suatu perusahaan, pelaksanaan perkuliahan tidak disebut begitu? Apa yang dimaksud dengan proyek? Proyek
didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktifitas unik yang saling terkait untuk
mencapai suat u hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu tertentu pula
(Chase et al., 1998). Menurut PMBOK Guide (2004) sebuah proyek memiliki
beberapa karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu: Sementara (temporary)
berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan
diselesaikan. Sebuah proyek berakhir jika tujuannya telah tercapai atau
kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut
dihentikan. Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi,
service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya. Progressive
elaboration adalah karakteristikp royek yang berhubungan dengan dua konsep
sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah
yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah
semakin memperjelas tujuan proyek. Karakteristik- karakteristik tersebut di
atas yang membedakan aktifitas suatu proyek terhadap aktifitas rutin operasional.
Bab2
Pendahuluan
Proyek, sudah kita bahas
dalam bab sebelumnya dari segi karakteristik, ide munculnya, jenis proyek dan
mengapa manajemen proyek diperlukan. Proyek, seperti halnya produk, akan
mengikuti tahap-tahap tertentu dalam perkembangannya. Dalam setiap tahap akan
ada karekteristik tertentu dalam hal besarnya usaha (biaya yang dikeluarkan),
tingkat ketidakpastian, potensi konflik yang ada, potensi risiko yang ada, dan
sebagainya. Dalam hal perkembangan produk, hampir semua orang setuju akan tahap-tahap
yang dilalui. Perkembangan produk biasanya diawali dengan riset dan
pengembangan (R&D), dilanjutkan dengan pembuatan desain, pengenalan ke
pasar, pertumbuhan, matang, penurunan sampai produk tersebut mencapai tahap
mati dan tidak diproduksi lagi. Secara ringkas siklus hidup produk ini bisa
diberikan sebagai berikut :
1. Riset dan pengembangan
(R&D) Tahap penelitian pasar akan produk yang diinginkan pasar, pembuatan
model dan desain, pembuatan produk
2. Pengenalan ke Pasar Mulai
dilempar ke pasar, melihat bagaimana tanggapan pasar terhadap produk baru yang
dimunculkan
3. Tumbuh Tahap di mana
produk mulai mendapatkan pembelian secara meningkat dari konsumen.
4. Matang Tahap ini ditandai jumlah penjualan
yang sudah mencapai maksimumal dan sulit untuk dinaikkan lagi. Ini sebagai
kelanjutan dari tahapan tumbuh sebelumnya. Perusahaan tinggal menjaga agar
tahap in i bisa berlangsung lama karena penambahan volume penjumlahan tidak
mungkin lagi dilakukan.
5. Penurunan Setelah tahap
matang berakhir, maka penjualan produkb isanya akan mengalami penurunan
(deteriorasi).
6. Mati Tahapan terakhir
adalah ke tika produk tidak lagi dibeli oleh konsumen. Siklus hidup produk akan
berakhir, tidak diproduksi lagi. Sesudah itu akan dimulail agi siklus hidup ni
i dengan kegiatan R&D.
Secara grafis, siklus hidup
produkb isa disaj ikan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut.
BAB 3
Pendahuluan
Suatu
perusahaan jika berhasil maka cenderung berkembang, menambah sumberdaya dan
orang, lalu mengembangkan struktur organisasinya. Secara umum terdapat beberapa
dasar penyusunan struktur organisasi, yakni: Berdasarkan produk; Berdasarkan
lokasi; Berdasarkan proses; Berdasarkan pelanggan; dan Berdasarkan Fungsi.
Organisasi Fungsional
Organisasi
fungsional membagi departemennya berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan
bagian yang ada. Di sini kita mengenal fungsi pemasaran, fungsi personalia,
fungsi produksi, fungsi keuangan dan sebagainya, bergantung pada kebutuhan
perusahaan untuk menangani pekerjaannya.
Keuntungan
Organisasi Fungsional:
1. Adanya fleksibilitas yang tinggi dalam
penggunaan staf / karyawan.
2. Orang-orang dengan keahlian tertentu bisa
ditugaskan dibanyak proyek yang berbeda.
3. Orang-orang dengan keahlian yang berbeda dapat
dikelompokkan dalam satu grup untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
4. Divisi fungsional yang bersangkutan bisa jadi
basis bagi kelangsungan teknologi bila para personel keluar dari proyek atau
organisasi induk.
5. Divisi fungsional mempunyai jalur-jalur karir
bagi mereka yang mempunyai keahlian tertentu.
Kekurangan
Organisasi Fungsional:
1. Klien tidak menjadi perhatian utama dari
aktivitas yang dilakukan orang-orang
yang terlibat proyek.
2. Divisi fungsional cenderung berorientasi pada
aktivitas-aktivitas khusus yang sesuai dengan fungsinya.
3. Kadang-kadang dalam proyek yang diorganisasi
secara fungsional ini tidak ada individu yang diberi tanggung jawab penuh untuk
mengurus proyek.
4. Motivasi orang yang ditugaskan ke proyek
cenderung lemah.
5. Penyusunan organisasi seperti ini tidak
memberikan pendekatan yang holistik terhadap proyek.
Organisasi Proyek Murni
Proyek
terpisah dari organisasi induk. Ia menjadi organisasi tersendiri dalam staf
teknis tersendiri, administrasi yang terpisah, dan ikatan dengan organisasi
induk berupa laporan kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek.
Kelebihan
Organisasi Proyek Murni:
1. Manajer proyek mempunyai wewenang penuh untuk
mengelola proyek.
2. Semua anggota tim proyek secara langsung
bertanggung jawab terhadap manajer proyek.
3. Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara
manajer proyek dengan eksekutif secara langsung.
4. Bila ada proyek yang sejenis berturut-turut,
organisasi bisa memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi
dalam penguasaan teknologi tertentu.
5. Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk
membuat keputusan bisa cepat dilakukan.
6. Adanya kesatuan komando.
7. Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah
dilaksanakan.
8. Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap
proyek.
Kekurangan
Organisasi Proyek Murni:
1. Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek
yang harus dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri
sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
2. Struktur ini akan menambah biaya yang cukup
mahal bagi organisasi induk, karena biasanya akan berdiri sendiri dengan staf yang
penuh.
3. Seringkali manajer proyek menumpuk sumberdaya
secara berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi sewaktu-waktu
diperlukan.
4. Bila proyek selesai akan terjadi masalah
tentang bagaimana nasib pekerja proyek yang ada.
5. Ketidak konsistenan prosedur bisa sering
terjadi dengan memakai alasan " memenuhi permintaan klien".
Organisasi Matriks
Dalam
rangka menggabungkan kelebihan-kelebihan yang dipunyai organisasi fungsional
dan organisasi proyek murni dan menghindarkan kekurangan-kekurangan yang ada,
maka dikembangkan bentuk organisasi yang dikenal dengan organisasi matriks.
Organisasi matriks adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi
fungsional pada organisasi induk.
Kelebihan
Organisasi Matriks:
1. Proyek mendapatkan perhatian secukupnya.
2. Karena organisasi matriks melekat pada unit
fungsional organisasi induk maka mudah untuk mendapatkan orang potensial yang
dibutuhkan dari setiap unit fungsional.
3. Tidak ada masalah yang berat yang akan
menyusul berkenaan dengan nasib pekerja proyek jika suatu proyek selesai.
4. Tanggapan terhadap keinginan yang diminta oleh
klien bisa cepat diberikan seperti dalam organisasi proyek murni.
5. Dengan manajemen matrik proyek akan mempunyai
akses perwakilan dari divisi administrasi perusahaan induk, sehingga
konsistensinya dengan kebijaksanaan, prosedur dari perusahaan induk tetap
terjaga.
6. Bila ada beberapa proyek yang bersamaan,
organisasi matrik memungkinkan distribusi sumberdaya yang lebih seimbang untuk
mencapai berbagai target dari beberapa proyek yang berbeda-beda.
7. Pendekatan holistik terhadap kebutuhan
organisasi secara menyeluruh ini memungkinkan proyek dijadwalkan dan diberi
porsi personel untuk mengoptimalkan performansi organisasi secara menyeluruh
dan tidak hanya mengutamakan keberhasilan suatu proyek dengan mengorbankan
proyek yang lain.
Kekurangan
Organisasi Matriks:
1. Dalam organisasi proyek murni jelas bahwa
Manajer Proyek adalah sentral pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
proyek.
2. Dalam organisasi matrik terdapat kekuatan yang
seimbang antara manajer fungsional dan manajer proyek, sehingga bila terdapat
perintah dari dua manajer ada keraguan perintah manajer mana yang harus
dipenuhi dahulu, pekerjaan proyek bisa jadi terbengkalai.
3. Perpindahan sumberdaya dari satu proyek ke
proyek lain dalam rangka memenuhi jadwal proyek bisa meningkatkan persaingan
antar manajer proyek.
4. Manajemen Matrik melanggar prinsip utama dari
manajemen yakni kesatuan
komando (unity of command).
Memilih Bentuk Organisasi Proyek
Kriteria-kriteria
yang mendasari pemilihan bentuk organisasi proyek :
1) Frekuensi adanya proyek baru: berapa sering
suatu perusahaan mendapat proyek dan sejauh mana perusahaan induk tersebut
terlibat dengan aktivitas proyek.
2) Berapa lama proyek berlangsung
3) Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja,
modal dan sumberdaya yang dibutuhkan.
4) Kompleksitas hubungan: jumlah bidang
fungsional yang terlibat dalam proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.
Kriteria-kriteria
lain sebagai pertimbangan pemilihan bentuk organisasi adalah ketidakpastian,
keunikan, pentingnya faktor biaya, dan waktu.
Suatu
proyek yang mempunyai kepastian tinggi
dan sedikit risiko, sedangkan faktor biaya dan waktu bukan masalah penting
lebih sesuai dikelola oleh task force.
Sedangkan untuk proyek yang berisiko tinggi dan penuh ketidakpastian, biaya dan
waktu merupakan hal yang kritis, lebih cocok menggunakan organisasi matriks
atau organisasi proyek murni.
BAB 5
Pendahuluan
Keberhasilan
manajemen proyek ditentukan antara lain oleh ketepatan memilih bentuk
organisasi, memilih pimpinan yang cakap dan pembentukan tim proyek yang
terintegrasi dan terorganisasi. Tetapi itu saja tidak cukup karena ada hal lain
yang cukup serius untuk diperhatikan, yaitu apa yang harus dikerjakan oleh tim
proyek dan manajer proyek.
Alasan-alasan
berikut mendasari perlunya perencanaan proyek:
1) Untuk menghilangkan atau mengurangi
ketidakpastian
2) Untuk memperbaiki efisiensi operasi
3) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang tujuan proyek
4) Untuk memberikan dasar bagi pekerjaan
monitoring dan pengendalian
Yang
menjadi lingkup pekerjaan selama proses perencanaan dan pengendalian proyek
adalah:
1. Sebelum proyek mulai (dan selama tahap
konsepsi dan pendefinisan), sebuah rencana dipersiapkan untuk menentukan tujuan
proyek, tugas-tugas yang akan dikerjakan, jadwal, dan anggaran.
2. Selama proyek (dalam tahap akuisisi) rencana
yang telah dibuat dibandingkan dengan performansi, waktu, dan biaya yang
sebenarnya terjadi (aktual).
3. Jika ada perbedaan antara yang direncanakan
dan yang terjadi sebenarnya, tindakan koreksi perlu dilakukan, dan estimasi
biaya dan waktu bisa diperbarui.
Tahap-tahap Perencanaan Proyek
Tahap-tahap
perencanaan proyek meliputi:
1. Penentuan tujuan proyek dan
kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini perlu ditentukan hasil akhir proyek,
waktu, biaya dan performansi yang ditargetkan.
2. Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang diperlukan
untuk mencapai tujuan proyek haruslah diuraikan dan didaftar.
3. Organisasi proyek dirancang untuk menentukan
departemen-departemen yang ada, subkontraktor yang diperlukan dan
manajer-manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada.
4. Jadwal untuk setiap aktivitas pekerjaan
dibuat, yang memperlihatkan waktu tiap aktivitas, waktu mulai dan batas selesai
serta milestone.
5. Sebuah rencana anggaran dan sumberdaya yang
dibutuhkan dipersiapkan.
6. Estimasi mengenai waktu, biaya dan performansi
penyelesaian proyek.
Permasalahan-permasalahan
biasanya akan muncul dalam tahap perencanaan ini, yaitu antara lain:
·
Tujuan dan
sasaran proyek tidak bisa disetujui oleh semua pihak.
·
Tujuan proyek
terlalu kaku sehingga kurang bisa mengakomodasi perubahan-perubahan.
·
Tidak cukup untuk
menentukan tujuan secara baik.
·
Tujuan tidak
cukup terkuantifikasi atau terukur.
Rencana Induk Proyek
Rencana
induk proyek berisi:
1. Deskripsi Proyek
Bagian ini berisi deskripsi singkat
mengenai asal-usul dan latar belakang lahirnya proyek.
2. Manajemen dan Organisasi
Bagian ini berisi ringkasan mengenai
organisasi dan personel yang dibutuhkan. Isinya meliputi: Manajemen proyek dan
organisasi; Kebutuhan orang; Training dan pengembangan.
3. Bagian Teknis
Ringkasan mengenai aktivitas utama proyek,
waktu dan biaya. Termasuk dalam bagian ini adalah: Rincian pekerjaan (statement of work); Jadwal proyek;
Anggaran dan dukungan keuangan; Testing;
Dokumentasi; Implementasi; Rencana peninjauan pekerjaan; dan Justifikasi
ekonomi.
Banyak
metode yang digunakan dalam perencanaan, beberapa diantaranya adalah:
1. Work Breakdown
Structure (WBS)
WBS adalah kegiatan menguraikan
pekerjaan proyek menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang secara operasional
mudah dilaksanakan serta mudah diestimasi biaya dan waktu pelaksanaannya.
2. Matriks tanggungjawab
Digunakan untuk menentukan organisasi
proyek, orang-orang kunci, dan tanggungjawabnya.
3.
Gantt Charts
Digunakan untuk menunjukkan jadwal
induk proyek, dan jadwal pekerjaan secara detail.
4. Jaringan kerja (network)
Digunakan untuk memperlihatkan urutan
pekerjaan, kapan dimulai, kapan selesai, dan kapan proyek secara keseluruhan
selesai.
Pendefinisian Pekerjaan
Tujuan
proyek perlu diterjemahkan secara lebih operasional, sehingga memungkinkan
untuk menentukan elemen-elemen pekerjaan secara detail untuk mencapai tujuan
tersebut. Perlu didefinisikan pekerjaan-pekerjaan yang ada dan bagaimana
hubungan antar pekerjaan itu.
Work Breakdown Structure
WBS
mempunyai kegunaan yang besar dalam perencanaan dan pengendalian proyek.
Setidaknya ada tiga manfaat utama:
1. Selama analisis WBS, manajer fungsional dan
personel lain yang akan mengerjakannya diidentifikasikan sekaligus terlibat.
2. WBS akan menjadi dasar penganggaran dan
penjadwalan.
3. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek.
Sesudah
proyek dipecah-pecah dalam paket pekerjaan yang operasional, perlu ditentukan
unit organisasi mana yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan tersebut. Untuk
itu perlu dibuat integrasi antara WBS dan organisasi proyek.
Matriks Tanggungjawab
Di
sini diperlihatkan hubungan antara pekerjaan dan orang yang bertanggungjawab
langsung terhadap pekerjaan tersebut.
Kolom
matriks menunjukkan orang yang bertanggungjawab dan dari bagian apa dalam
organisasi proyek, sedangkan baris matriks menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang
ada dalam proyek.
Dengan
matriks ini lebih mudah dilihat apakah masih ada pekerjaan yang terlewati
(tanpa penanggung jawab). Selain itu, juga bisa digunakan untuk proses
pengendalian.
BAB 6
Pendahuluan
Setelah
pekerjaan proyek dipecah-pecah menjadi paket-paket pekerjaan, selanjutnya dapat
dibuat penjadwalannya. Yang perlu dijadwalkan adalah paket pekerjaan atau
aktivitas. Sedangkan kejadian (events)
dan milestone hanyalah akibat dari
selesainya aktivitas. Milestone digunakan untuk menandai telah selesainya
beberapa aktivitas yang kritis dan sulit. Jadwal dari aktivitas besar ini
sering disebut Jadwal Induk Proyek.
Diagram Perencanaan Dan Penjadwalan
Yang
pertama dikembangkan dalam perencanaan dan penjadwalan adalah Gantt Charts. Apa yang diperlihatkan
dalam Gantt Charts adalah hubungan antara aktivitas dan waktu pengerjaannya.
Disini bisa juga dilihat aktivitas mana yang harus mulai dulu dan aktivitas
mana yang menyusulnya.
Gambar
ini memperlihatkan Gantt Charts dari suatu proyek Perancangan dan Implementasi Statistical Process Control (SPC) di suatu perusahaan manufaktur.
Perlu
dikembangkan teknik baru yang bisa mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada
pada Gantt Chart. Teknik baru itu dikenal sebagai jaringan kerja atau Network.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja adalah:
1.
Macam-macam
aktivitas yang ada.
2.
Ketergantungan
antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan mana yang menyusul.
3.
Urutan logis dari
masing-masing aktivitas
4.
Waktu
penyelesaian tiap aktivitas.
Ada
dua pendekatan dalam hal menggambarkan diagram jaringan kerja, yang pertama,
kegiatan digambarkan dengan simpul (node),
Activity On Node (AON). Sedangkan
peristiwa atau event, diwakili oleh anak panah. Yang kedua aktivitas
digambarkan dengan anak panah, Activity
On Arch (AOA).
Terdapat
suatu hal yang dinamakan Aktivitas Semu (dummy).
Aktivitas semu berfungsi sebagai penghubung, tidak membutuhkan sumberdaya
maupun waktu penyelesaian. Aktivitas semu diperlukan karena tidak boleh ada dua
aktivitas mulai dari simpul yang sama dan berakhir pada simpul lain yang sama
juga.
Project Evaluation and Review
Technique (PERT)
Metode
ini pertama kali digunakan dalam proyek Sistem Rudal Polaris di Angkatan Laut
Amerika Serikat. PERT adalah salah satu metode yang menggunakan jaringan kerja
(network), di samping CPM (Critical Path Method) .
PERT
digunakan untuk proyek-proyek yang baru dilaksanakan untuk pertama kali, dimana
estimasi waktu lebih ditekankan daripada biayanya. Ciri utama PERT adalah
adanya tiga perkiraan waktu: waktu pesimis (b), waktu paling mungkin (m), dan
waktu optimis (a). Ketiga waktu perkiraan itu selanjutnya digunakan untuk
menghitung waktu yang diharapkan (expected
time).
Waktu
optimis, a, adalah waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu
akan berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu
ini.
Waktu
paling mungkin, m, adalah waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan. Waktu ini
paling sering terjadi seandainya kegiatannya bisa diulang.
Sedangkan
waktu pesimis, b, adalah waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan, situasi
ini terjadi bila nasib buruk terjadi.
BAB 9
Pendahuluan
Di
dalam pelaksanaan proyek, sebelum proyek selesai, sudah ada proses
pengendalian. Jadi, pengendalian dilakukan seiring pelaksanaan proyek.
Pengendalian dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan
performansi yang ditetapkan dalam rencana.
Ada
beberapa perbedaan antara perencanaan dan pengendalian:
Perencanaan
berkonsentrasi pada:
·
penetapan arah
dan tujuan
·
pengalokasian
sumberdaya
·
pengantisipasian
masalah
·
pemberian
motivasi kepada para partisipan untuk mencapai tujuan
Sedangkan
pengendalian berkonsentrasi pada:
·
pengendalian
pekerjaan ke arah tujuan
·
penggunaan secara
efektif sumberdaya yang ada
·
perbaikanjkoreksi
masalah
·
pemberian imbalan
pencapaian tujuan
Langkah-langkah dalam Pengendalian
Secara
umum ada tiga langkah pokok dalam proses pengendalian, yaitu:
1. Menentukan standar performansi sesuatu yang
akan dikendalikan.
2. Membandingkan antara performansi aktual dan
performansi standar hasil pekerjaan dan pengeluaran yang sudah terjadi
dibandingkan dengan jadwal, biaya dan spesifikasi performansi yang
direncanakan.
3. Melakukan tindakan koreksi, bila performansi
aktual secara signifikan menyimpang dari yang direncanakan tindakan koreksi
perlu dilakukan.
Monitoring lnformasi
Agar
proses pengendalian bisa dilakukan tepat waktu dan efektif perlu adanya
informasi yang tersedia mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan. Untuk itu
perlu adanya kegiatan mengumpulkan data dan melaporkan informasi.
Untuk
membantu memudahkan pengendalian proyek perlu dibuat suatu alat bantu yang
disebut dengan Project Cost Accounting
System. PCAS adalah suatu struktur dan metodologi, bisa manual atau
terkomputerisasi yang memungkinkan dilakukannya perencanaan, pelacakan, dan
pengendalian biaya proyek.
Terdapat
yang namanya Sistem Informasi Manajemen Proyek yang diharapkan mampu:
1. Menyediakan informasi yang perlu untuk
melakukan perencanaan, pengendalian dan ringkasan-ringkasan dokumen.
2. Memisahkan data dari sistem informasi komputer
yang lain ke dalam database proyek.
3. Mengintegrasikan pekerjaan, biaya, tenaga
kerja dan informasi jadwal untuk menghasilkan perencanaan, pengendalian dan
laporan ringkas untuk manajer proyek, orang-orang fungsional dan pihak
manajemen yang lebih tinggi.
Pengendalian Internal dan Eksternal
Ada
dua macam pengendalian dalam proyek ditinjau dari tempat asalnya: pengendalian
internal (didasarkan pada standar yang berasal dari sistem kontraktornya) dan pengendalian
eksternal (didasarkan pada prosedur tambahan yang ditetapkan oleh pihak klien
atau user).
Pengendalian Biaya Tradisional
Dalam
pengendalian biaya tradisional, pengukuran performansi pekerjaan didasarkan
pada perbandingan biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual. Pembandingan ini
lebih populer dengan istilah Analisis Variansi. Pendekatan baru yang memadukan
informasi biaya dan kemajuan pekerjaan sering dinamakan dengan earned value.
Ada
proses-proses tertentu yang perlu dilakukan untuk melakukan pengendalian dalam
manajemen proyek. Proses tersebut terdiri dari: Otorisasi Pekerjaan dan
Pengumpulan Data.
Di
dalam otorisasi pekerjaan terdapat perintah kerja (work order) yang memuat:
·
Pernyataan
pekerjaan (statement of work)
·
Anggaran berjalan
untuk jam kerja langsung, material dan biaya langsung yang lain
·
Jadwal, kejadian
penting, dan hubungan dengan paket kerja yang lain
·
Posisi pekerjaan
yang bersangkutan dalam WBS
·
Spesifikasi dan
kebutuhan-kebutuhan
·
Tanda tangan
pemberi wewenang dan penerima tanggungjawab.
Analisis Performansi
Ada
bermacam-macam variabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi performansi
proyek pada saat tertentu. Variabel-variabel itu adalah:
1. BCWS (Budgeted
Cost of Work Scheduled), yaitu variabel yang menyatakan besarnya biaya yang
dianggarkan untuk pekerjaan yang dijadwalkan untuk suatu periode tertentu dan
ditetapkan dalam anggaran.
2. ACWP (Actual
Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan pengeluaran aktual dari.
pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai waktu tertentu.
3. BCWP (Budgeted
Cost of Work Performed), variabel yang menyatakan jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk pekerjaan yang sudah dikerjakan.
Dari
ketiga besaran BCWS, BCWP, dan ACWP dapat diperoleh besaran lain.
Besaran-besaran itu adalah:
1. Cost
Variance (CV) = BCWP
– ACWP
2. Schedule
Variance (SV) = BCWP
– BCWS
3. Time
Variance (TV) = SD
– BCSD
Terdapat
ukuran yang bisa dipakai untuk melihat performansi proyek, yaitu:
1. Cost
Performance Index (CPI = BCWP /
ACWP)
Indeks ini merupakan perbandingan
antara biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual.
2. Schedule
Performance Index (SPI = BCWP /
BCWS)
Indeks ini merupakan perbandingan biaya dari
pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan biaya dari pekerjaan yang dijadwalkan.
Perkiraan Biaya Untuk Menyelesaikan Proyek
Sesudah
dibuat laporan status proyek pada waktu tertentu, bisa dibuat perkiraan biaya
untuk menyelesaikan proyek dan biaya tersisa sampai proyek selesai. Untuk itu
perlu didefinisikan beberapa istilah dan nilainya:
A. Anggaran yang tersisa untuk menyelesaikan
proyek = Biaya total - biaya yang sudah terpakai atau Anggaran yang tersisa =
BAC – BCWP. BAC: Budgeted cost at
completion (biaya yang dianggarkan pada saat proyek selesai).
Sedangkan perkiraan biaya untuk
pekerjaan tersisa = anggaran tersisa / indeks performansi biaya atau FCTC =
(BAC - BCWP) / CPI. FCTC: Forecasted cost
to complete. Besarnya BAC sama dengan BCWS pada saat proyek ditargetkan
selesai.
B. Perkiraan total biaya proyek = biaya yang
sudah dihabiskan + perkiraan
biaya untuk pekerjaan tersisa atau EAC = ACWP + FCTC. EAC: Estimated
at completion (perkiraan total biaya proyek).
Tindakan Perbaikan dan Pengendalian Perubahan
Jika
hasil pelaksanaan proyek menyimpang jauh dari rencana, maka rencana harus
diubah untuk menyelesaikan pekerjaan proyek yang tersisa. Perubahan rencana
bisa berupa pengubahan pekerjaan, menambah personel, dan merubah jadwal, biaya
maupun performansi. Perubahan performansi bisa meliputi perubahan spesifikasi,
kalau perlu mengorbankan performansi untuk memenuhi batasan biaya dan jadwal
yang tersedia.
Masalah-masalah
yang terjadi menyebabkan harus dilakukan perubahan. Masalah bisa berupa
pembengkakan
biaya, semangat kerja turun, dan hubungan yang kurang baik antara manajer
fungsional, manajer proyek, dan klien. Biasanya perubahan rancangan untuk satu
bagian atau komponen akan mempengaruhi rancangan untuk bagian lain yang
berhubungan.
Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Perusahaan
Ada
beberapa masalah yang biasa dihadapi dalam pengendalian proyek, yaitu:
1) Hanya menekankan satu faktor sementara faktor
yang lain diabaikan.
2) Prosedur pengendalian tidak bisa diterima.
3) Terjadinya pelaporan informasi yang kurang
akurat.
4) Para manajer terlibat dalam beberapa proyek.
5) Kesalahan pelaporan dan mekanisme akuntansi.
6) Manajer tidak tegas terhadap isu-isu
kontroversial, percaya bahwa masalah-masalah akan terselesaikan dengan
berjalannya waktu.
BAB 11
Pendahuluan
Suatu
perusahaan mungkin mempunyai banyak pilihan proyek dalam waktu yang sama. Jika
proyek-proyek yang tersedia menjanjikan keuntungan bagi perusahaan, maka perlu
dilakukan pemilihan proyek yang paling menguntungkan baik dari segi finansial
atau aspek yang lain.
Beberapa
kriteria finansial yang bisa digunakan dalam pemilihan proyek, antara lain:
1) Payback period (PP)
2) Return on investment (ROI)
3) Net present value (NPV)
4) Internal rate of return (IRR)
5) Break even analysis
Payback Period
Adalah
periode waktu di mana investasi yang dilakukan perusahaan sudah bisa pulih atau
kembali melalui cash flow yang masuk
ke perusahaan. Dalam hal ini tidak diperhitungkan bunga atau inflasi.
Return on Investment (ROI)
Return
on Investment (ROI) adalah rata-rata profit tahunan dibandingkan dengan jumlah
yang diinvestasikan. Atau
Di
mana rata-rata profit tahunan didefinisikan sebagai total pendapatan - total
pengeluaran.
Net Present value (NPV)
Net
Present value (NPV) adalah nilai sekarang dari uang atau cash flow di masa mendatang
dengan mempertimbangkan faktor bunga atau interest rate. Dengan konsep ini,
uang 100.000 sekarang lebih berharga daripada jumlah yang sama pada 5 tahun
mendatang.
Proyek
dengan NPV yang tertinggi adalah proyek yang paling sesuai. Proyek dengan NPV
negatif adalah proyek yang tidak mengungtungkan.
Internal Rate of Return
IRR,
dalam persen muncul ketika NPV = 0. Berlaku aturan, IRR yang dihasilkan suatu
proyek harus lebih besar dari biaya dari sumberdaya.
Rumus
untuk menentukan IRR sangat kompleks, sebagai konsekuensinya maka cara yang
paling sesuai untuk memperoleh IRR adalah dengan merata-ratakan suatu financial Calculator atau spreadsheet dengan menggunakan fungsi
IRR. Jika pilihan ini tidak tersedia, maka IRR dapat dikembangkan melalui trial
dan error dengan mendefinisikan NPV dari proyek, menggunakan beragam suku
bunga, hingga diperoleh hasil NPV nol (mendekati nol).
Analisa Biaya Breakeven
Kadang-kadang
perusahaan mengembangkan suatu proyek untuk memproduksi sebuah barang, tetapi
perusahaan tersebut mungkin saja tidak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk
proses produksi sehingga harus membeli atau menambahkan peralatan yang sesuai.
Perusahaan mungkin memiliki beberapa pilihan yaitu salah satu caranya adalah
menghitung break even. Break even
bisa diartikan sebagai suatu level produksi dimana modal yang dikeluarkan sudah
kembali.
1. Break Even
Rumus untuk mencari break even adalah :
Kontribusi per unit = harga penjualan - biaya
variabel per unit
2. Titik Alternasi / Swing Point
Swing
rate: ketika suatu jumlah tertentu
dipesan, kedua pilihan di atas mungkin menguntungkan, tapi ada satu pilihan
yang lebih menguntungkan dibanding yang lain.
Rumus untuk mencari Swing Point:
Weighted Scoring Evaluation Model
Model
ini dapat digunakan untuk membantu penilaian beberapa proyek yang berbeda dan
menentukan proyek mana yang harus dipilih. Pendekatan yang digunakan di sini
bersifat non finansial.
Pada
model ini terdapat beberapa tahap, yaitu:
1) Pendekatan
2) Memberi bobot faktor
3) Penilaian masing-masing proyek
4) Penilaian proyek
Pendekatan
yang dipakai sebagai berikut:
·
Mendefenisikan
faktor-faktor kesuksesan dalam seluruh proyek
·
Mengukur setiap
faktor dari kesuksesan
·
Menilai setiap
proyek terhadap faktor-faktor kesuksesan
·
Menerangkan hasil
akhir dari tiap proyek.
·
Mendefinisikan
Faktor-faktor Kesuksesan
Dimulai
dengan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kesuksesan
suatu proyek. Sebaiknya jangan membatasi hanya pada satu proyek, tapi harus
dilihat hasil akhir dari proyek-proyek secara keseluruhan yang dipunyai
perusahaan.
Contoh-contoh faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan:
·
Maksimisasi
keuntungan
·
Pemanfaatan
tenaga kerja
·
Pemanfaatan
sumberdaya
·
Peningkatan
pangsa pasar
·
Kemampuan untuk
memasuki pasar baru
·
Pengembangan image perusahaan
·
Kepuasan dari
pemegang saham
·
Tingkat kepastian
·
Kesesuaian dengan
kebutuhan dan kemampuan perusahaan
·
Kemudahan dalam
mencapai hasil
Bab 12
Pendahuluan
Dalam pelaksanaan proyek sesuai
dengan karakteristiknya, sangat berpotensi munculnya konflik baik antara orang,
antara departemenatau anatara tim proyek dengan user. Dengan demikian tidaklah
menyimpang jika dalam pembahasan manajemen proyek dimasukkan pembahasan tentang
manajemen konflik ini. Seorang manajer proyek harus menaruh perhatian terhadap
masalah ini.
Munculnya konflik
Konflik
Antara User dan Kontraktor Konflik antara user dan kontraktpr sudah akan muncul
ketika keduanya terlibat untuk negosiasi kontrak. Masing-masing pihak biasanya
akan lebih mementingkan pihaknya sendiri daripada mengembangkan kepercayaan dan
saling bekerjasama untuk mencapai kesepakatan yang salingmenguntungkan. Sa tu
pihak inginmendapatkan keuntungan sementara pihak lain harus menanggung
kerugian. Pihak user ingin agar biaya proyeknya minimum sementara pihak
kontraktor berharap untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Setelah kontrak
ditandatangani, masih akan muncul kemungkinan konflik antar keduanya. Perbedaan
persepsi tentang hasil akhir proyek biasanya akan menyebabkan konflik dlam
tahap akhir ini. Sehingga diperlukan kontrak yang jelas antara user dan
kontraktor untuk menghindari potensi konflik di taha p akhir ini.
Konflik dalam Organisasi Proyek
Di dalam organisasi sendiri sangat besar peluang untuk
terjadinya konflik. Peluang ini akan besar bila kelompok-kelompok yang bekerja
dalam proyek mempunyai perbedaan dalam hal tujuan dan harapan, beberapa hal
tidak jelas siapa yang harus membuat atau berwenang untuk membuat keputusan dan
memang ada konflik antar individu dalam proyek. Prioritas pekerjaan, jadwal dan
alokasi sumberdaya adalah sumber-sumber potensial terjadinya konflik dalam
organisasi proyek.
Manfaat Adanya Konflik
Konflik yang dikelola secara benar bisa membawa dampak
positif bagi organisasi maupun individu dalam organisasi. Dampak-dampak positif
yang bisa muncul antara lain:
1 . Bisa menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik
2. Memacu orang untuk mencari dan menemukan
pendekatanpendekatan baru dalam menyelesaikan masalah
3. Memunculkan masalah lama ke permukaan dan
kesepakatan tentang adanya masalah tersebut
4. Memacu orang untuk menjelaskan pandangannya
5. Menyebabkan tekanan yang akan menstimulasi
perhatian dan kreativitas seseorang
6. Memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
menguji kapasitas kemampuannya.
Konflik Selama Siklus Hidup Proyek
Sumber-sumber penyebab
konflik yang sering muncul dalm pelaksanaan proyek antara lain:
1 . Penjadwalan proyek
2. Prioritas proyek
3. Alokasi tenaga kerja
4. Masalah teknis dan trade off hasil fisik
5. Prosedur administrasi
6. Perbedaan inter personal
7. Biaya
8. Peralatan dan fasilitas ditemukan tiga penyebab
utama konflik.
Ketiganya adalah penjadwalan proyek, prioritas
proyek dan tenaga kerja. Sumber konflik akan berubah sesuai dengan tahap proyek
yang dilalui. Artinya, ketika proyek masih dalam tahap konsepsi konflik terjadi
karena prioritas proyek, prosedur administrasi, jadwal dan tenaga kerja. Bagian
fungsional mungkin akan berbeda pendapat dengan orang proyek mengenai pekerjaan
mana yang diprioritaskan untuk dikerjakan lebih dahulu, bagaimana rancangan
organisasi yang tepat, tingkat pengendalian yang dimiliki manajer proyek, orang
yang harus ditugaskan dan penjadwalan proyek di antara pekerjaan yang sekarang
ada. Ini akan berbeda dengan saat proyek memasuki tahap perencanaan. Sedangkan
ketika proyek memasuki tahap eksekusi, konflik akan berkisar karena masalah
jadwal, masalah teknis dan tenaga kerja. Secara ringkas hasil studi.
Pemecahan Konflik
ada beberapa metode untuk mengurangi a tau memecahkan
konflik, yaitu :
1. Konfontrasi
Yakni
menghadapi masalah konflik secara langsung. Ini dilakukan dengan mengenali
masalah dan potensi masalah untuk kemudian dihadapi secara langsung Pemecahan
Konflik. langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau
mengurangi konflik dalam proyek. Konfrontasi cocok untuk situasi di mana:
• Kedua belah pihak ingin menang
• Ingin menurunkan biaya
• Ada cukup waktu
• Saling percaya
2. Kompromi
Dengan kompromi diharapkan
semua pihak akan mendapat tingkat kepuasan tertentu. Kompromi biasanya adalah
hasil dari konfrontasi. Dalam hal ini diperlukan kerelaan semua pihak untuk
menerima pendapat pihak lain. Pada tingkat ekstrim semua pihak mungkin merasa
mendapatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh
pihaknya, sehingga pemecahan ini tidak harus optimal untuk kepentingan
proyek.Kompromi cocok untuk situasi di mana:
• Kedua belah pihak ingin menang
• Tidak ada cukup waktu
• Anda ingin menjaga hubungan baik pihak-pihak yang
terlibat konflik
• Anda tidak mendapat apa-apa jika tidak kompromi
• Pihak lain sekuat Anda posisinya
• Kita tidak yakin kalau kita benar
3. Mengurangi tingkat kepentingan ketidaksepakatan
(menganggap tidak ada konflik)/akomodasi
Cara ini dilakukan dengan menganggap
ketidaksepakatan yang terjadi tidak pernah ada, berusaha untuk mengecilkan
perbedaan yang ada dan menekankan kepentingan yang sama, sebelum
ketidaksepakatan ini keluar dari proporsi yang seharusnya. Cara ini harus menyelesaikan
konflik tetapi tetap berusaha meyakinkan dua pihak yang berkonflik untuk tetap
berunding karena mungkin akan ada solusi. Cara ini sesuai untuk situasi di
mana:
• Tujuan yang dicapai sangat sulit
• Untuk menciptakan kewajiban tawar-menawar di waktu
mendatang
• Sembarang solusi sudah cukup
• Anda ingin keharmonisan
• Menciptakan good will.
• Jika kita akan kalah
• Taruhannya kecil
4. Menggunakan kekuasaan
(Forcing)
Cara
pengatasan konflik dengan menggunakan kekuasaan sehingga terjadi kondisi menang-kalah.
Cara ini ditempuh jika sua tu pihak ingin memaksakan solusi kepada pihak lain.
Forcing sesuai untuk situasi dimana:
• Situasi "do or
die"
• Anda benar
• Taruhannya besar
• Prinsip yang penting
menjadi taruhan
• Hubungan baik pihak yang
terlibat konflik tidak penting
• Keputusan harus dibuat
cepat
• Anda lebih kuat
posisinya
5. Menghindar
(Withdrawing)
Cara ini
sering dianggap sebagai solusi sementara untuk sebuah persoalan konflik.
Masalah yang ada bisa datang lagi dan konflik bisa muncul lagi. Ada yang
beranggapan ini sebagai cara yang kurang jantan dan ketidakmauan menghadapi
situasi. Cara ini sesuai untuk situasi di mana:
·
Anda
ingin menjaga reputasi atau netralitas
·
Anda
pikir masalahnya akan menghilang sendiri
·
Anda
bisa menang dengan menunda
·
Anda
tidak bisa menang
·
Jika
taruhannya rendah
·
Jika
taruhan tinggi tapi kita belum siap
Menglola konflik
o
Teori
Ekspektasi tentang Konflik
Jika dua orang tidak
sependapat untuk suatu hal maka itu sering disebut dengan ada konflik personal.
Perbedaan bisa saja didasari karena perbedaan latar belakang, sifat,
nilai-nilai dan pengalaman. Jika itu terjadi an tar kelompok maka kelompok yang
terlibat juga mengalami konflik personal (group dianggap sebagai individu).
Dyer mengusulkan suatu langkah untuk mengatasi konflik personal ini dengan apa
yang disebut violation of expectation.
o
Metode
Kelompok Untuk Menyelesaikan Konflik
Manajer proyek bisa
membangun tim melalui berbagai cara. Salah satu cara untuk memperkuat kerjasama
tim adalah dengan menyelesaikan konflik. Metode-metode penyelesaian konflik
dalam kelompok.
o
Teknik
Memperjelas Peran
Seringkali
ketidaksepakatan antar personil dalam satu kelompok muncul karena:
• Proyek masih baru,
sehingga bagi orang-orang didalamnya tidak jelas apa yang harus dilakukan dan apa yang diharapkan orang
lain kepadanya.
• Adanya perubahan dalam
proyek dan pekerjaan yang telah disepakati dan orang-orang tidak tahu tentang
hal ini.
• Mendapatkan suatu
permintaan atau perintah yang ia tidak mengerti, atau adanya suatu anggapan
bahwa dia seharusnya tidak tahu tentang suatu hal.
• Semua orang berpikir
bahwa seseorang akan menyelesaikan suatu pekerjaan padahal tak seorangpun
mengerjakannya.
• Orang-orang tidak tahu
apa yang sedang dikerjakan kelompoknya atau dikerjakan oleh kelompok lain.
Tujuan dari teknik ini adalah agar setiap orang mengetahui posisi dan
tanggungjawabnya masing-masing.
o
Memperjelas
Peran-peran Untuk Tim
Mempertemukan orang dalam
tim kemudian diberi pertanyaan untuk dijawabnya:
1 . Apa yang diinginkan
organisasi terhadap pekerjaan Anda?
2. Apa yang sebenarnya
Anda lakukan dalam melakukan pekerjaan?
3. Apa yang seharusnya
diketahui orang lain tentang pekerjaan Anda yang sebenarnya dapat membantu
mereka (teman satu tim)?
4. Apa yang perlu anda ketahui
tentang pekerjaan orang lain yang sebenarnya bermanfaat bagi Anda?
5. Kesulitan-kesulitan apa
yang Anda alami dengan orang lain?
6. Perubahan apa dalam
organisasi, tugas atau aktivitas-aktivitas yang akan memperbaiki performansi
kerja tim Anda ?
o
Memperjelas
Peran Setiap Orang
Hal ini tidak berbeda jauh
dengan apa yang dilakukan untuk memperjelas per an tim. Kegiatan bisa dimulai
dengan sa tu orang tertentu (misalkan A) untuk menyatakan dalam bentuk tulisan
ten tang siapa saja yang mempunyai hubungan kerja dengannya dan mengharap
perilaku tertentu terhadapnya dalam hubungan kerja.
o
Resolusi
Konflik dalam Kelompok
Jika beberapa kelompok
terlibat konflik karena harapan yang berbeda maka ada cara tersendiri yang
diusulkan Dyer. Pertama, setiap kelompok yang menyiapkan daftar pertanyaan
mengenai apa yang dibutuhkannya dari kelompok lain. Misalkan tentang apa yang
harus dilakukan, harus diakhiri dan diteruskan oleh kelompok lain. Kelompok
yang bersangkutan juga harus berpikir ten tang apa yang diharapkan dan
diinginkan kelompok lain terhadap
kelompoknya. Kelompok-kelompok tersebut.
Manajer Proyek
Manajer Analisis Struktural
|
Manajer Proyek
Manajer Analisis Struktural
|
Mengerti tentang
kekhawatiran Manajer Meragukan bahwa pabrik yang kedua bel urn
|
Mengerti tentang
kekhawatiran Manajer Meragukan bahwa pabrik yang kedua bel urn
|
Analisis
Struktural, namun tetap tidak mau tentu mempunyai kondisi yang layak untuk
|
Analisis
Struktural, namun tetap tidak mau tentu mempunyai kondisi yang layak untuk
|
mengambil risiko
terjadinya overrun dari dikenakan pengujian seperti yang telah
|
mengambil risiko
terjadinya overrun dari dikenakan pengujian seperti yang telah
|
pengeluaran
akibat adanya pelaksanaan dilakukan pada pabrik pertama. Kondisi yang
|
pengeluaran
akibat adanya pelaksanaan dilakukan pada pabrik pertama. Kondisi yang
|
Bab 13
Pendahuluan
Biasanya
manajemen proyek berkonsentrasi pada masalah jadwal dan biaya. Bagaimana
melaksanakan proyek sesuai jadwal dan biaya yang direncanakan adalah fokus dari
manajemen proyek. Manajemen Risiko pada proyek meliputi
langkah memahami & mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi,
mengevaluasi bagaimana risiko ini mempengaruhi keberhasilan proyek, monitoring
dan penanganan risiko. Manajemen Risiko yang proaktif akan mengurangi jumlah
masalah, memperbaiki keberhasilan pelaksanaan proyek. Dalam bab ini kita akan
membahas subtopik berikut
1. Risiko
2. Definisi Manajemen
Risiko
3. Toleransi Terhadap
Risiko
4. Proses Manajemen Risiko
o
Risiko
Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif.
Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negatif.
o
Manajemen.Risiko
Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Manajemen Risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.
Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Manajemen Risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.
Definisi Manajemen Risiko
Risiko proyek
(project risk) adalah sua tu peristiwa (event) a tau kondisi yang tidak pasti
(uncertaint), jika terjadi mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada tu
juan proyek. Sua tu risiko mempunyai penyebab, dan jika terjadi, membawa
konsekuensi a tau impak. Untuk suatu kejadian, dapat dilihat dari sisi
probabilitas (likelihood) danimpak dari kejadian terse but. Suatu peristiwa
(event) bisamempunyai probabilitas kecil dengan impak besar, atau probabilitas
besar dengan impak kecil. Secara umum
manajemen risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan
memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebu t.
Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik
yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi darievent
positif and minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan.
Ada tiga kunci yang perlu
diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efekti£:
1. Identifikasi, analisis
dan penilaian risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan
rencana untuk menanganinya;
2. Mengalokasikan
tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko
3. Memastikan bahwa biaya
penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya Manajemen risiko
juga berhubungan.
Manajemen risiko juga
berhubungan dengan alokasi resourse secara tepat. Inilah yang disebut
opportunity cost. Resourse yang dihabiskan untuk manajemen risiko bisa
digunakan untuk aktivitas yang lebih profitable.
Toleransi Terhadap Risiko
Ada beberapa
perilaku orang, individu a tau tim dalam menghadapi risiko. Setidaknya ada 3
tipe bagaimana individu atau kelompok dalam menghadapi risiko, yaitu penghindar
risiko (risk avoider), netral dan pencari risiko (risk seeker). Fungsi
ini menyatakan bagaimana toleransi atau kepuasan (sumbu y) berubah jika
taruhannya atau payoff (sumbu x) berubah.
Kepastian, Risiko dan
Ketidakpastian
Pengambilan
keputusan secara umum bisa masuk ke dalam tiga kategori. Yaitu, dalam keadaan
pc(sti (certain), di bawah risiko (underrisk) dan dalam keadaan tidak pasti
(uncertaint). Ada tiga strategi pengembangan produk dan ada tiga
kondisi pasar. Ketiga kondisi pasar adalah pasar kuat, sedang dan rendah.
Proses Manajemen Risiko
Proses
yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:
1
. Perencanaan manajemen Risiko
2.
Identifikasi Risiko
3.
Analaisis risiko Kualitatif
4.
Analisis risiko kuantitatif
5.
Perencanaan respon risiko
6. Pengendalian dan
monitoring risiko
Perencanaan Manajemen
risiko (Risk Management Planning)
Perencanan
meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktifitas
manajemen risiko untuk proyek. Dengan melihat lingkup proyek, rencana manajemen
proyek dan faktor lingkungan perusahaan, tim proyek bisa mendiskusikan dan
menganalisis aktifitas manajemen rsisiko untuk proyek-proyek tertentu. Hasil
dari proses ini adalah rencana manajemen risiko (risk mangement plan). Yang
diperlukan untuk membuat perencanaan ini:
1. Project charter
2. Kebijakan manajemen risiko organisasi
3. Susunan peran dan tanggungjawab
4. Toleransi stakeholder terhadap risiko
5. Template untuk rencana manaj emen
risiko organisasi
6. Work Breakdown Structure
Output dari rencana manajemen risiko
adalah Risk management
plan yang berisi bagaimana identifikasi risiko, analisis
kualitatif dan
kuantitatif, rencana respon, mnitoring dan pengendalian akan
disusun
dan dikerjakan selama siklus hidup proyek.
Hal-hal yang tercakup dalam Risk management plan adalah
1. Metodologi. Mendefinisikan alat, pendekatan dan sumber
data yang
mungkin digunakan dalam manajemen risiko proyek tertentu.
2. Peran dan tanggungjawab. Definisikan tanggungjawab dan
peran
utama, pendukung dan keanggotaan tim manajemen risiko untuk
setiap tindakan dalam risk management plan.
3. Budget. Berisi rencana anggaran untuk manajemen risiko
proyek
4. Waktu. Berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen
risiko
akan dilakukan selama siklus hidup proyek.
5. Scoring dan interpretasi. Metode scoring dan interpretasi
yang
sesuai untuk tipe dan dan waktu untuk analisis risiko
kualitatif dan
kuantitatif yang akan dilakukan.
Identifikasi Risiko
Identifikasi
Risiko adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas risiko dan komponen
risiko yang melekat pada sua tu aktivitas atau transaksi yang diarahkan kepada
proses pengukuran serta pengelolaan risiko yang tepat. Identifikasi Risiko
adalah pondasi di mana tahapan lainnya dalam proses Risk Management, dibangun.
Sebagaimana telah didefiniskan di atas, maka risiko adalah: tingkat
ketidakpastian akan terjadinya sesuatu/ tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada
suatu kurun/periode tertentu (time horizon). Tahapan selanjutnya dari proses
identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan
umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. Identifikasi bisa dilakukan dengan
melihat asal dan problemnya.
1. Analisis sumber, sumber bisa berasal
dari internal atau eksternal dari sistem yang menjadi target dari manajemen risiko.
Contoh dari sumber risiko antara lain: stakeholders dari suatu proyek, pegawaif
karyawan dari suatu perusahaan atau cuaca dalam suatu airport. Risiko
berdasarkan sumbemya bisa dikategorikan sebagai berikut: Internal Risks (di
bawah kontrol manajer proyek), Risiko Eksternal (di luar kontrol manajer proyek.
2. Analisis Problem, Risiko berhubungan
dengan kekhawatiran.
Sebagai contoh: khawatir kehilangan uang, khawatir melanggar
informasi yang bersifat privat a tau khawatir akan terjadi kecelakaan
dan koban.
Metode Identifikasi risiko yang umum adalah:
-
Identifikasi Risiko berdasarkan Tujuan
-
Identifikasi
Risiko berdasarkan Skenario
-
Identifikasi
risiko berdasarkan Taksonomi
-
Common-risk
checking
o
Teknik
Mengidentifikasi Risiko
Teknik pengumpulan Informasi
1. brainstonning,
Dalam
brainstonning, partisipasi peserta sangat penting. Brainstonning sangat
bermanfaat sebagai identifikasi awal dari banyak risiko yang mungkin. Prosesnya
bersifat interaktif, bergantung pada keaktifan peserta dan fasilitatomya.
2. Interviewing
Melakukan
interview dengan para stakeholder dari proyek.
3. Delphi Technique
Mendengar
masukan dari para pakar yang relevan dengan
proyek.
4. Checklist
Checklist
mudah untuk digunakan dan dapat menyediakan
arahan-arahan
yang berguna pada wilayah di mana organisasi
memiliki
pengalaman yang sangat dalam, khususnya untuk proyek
yang
standar atau rutin. Kadang-kadang menggunakan prosedurprosedur
standar
yang memiliki pengaruh yang sama. Sebagai
contoh,
banyak perusahaan memiliki checklist untuk kegiatan yang
sering
dilakukan seperti proes tender atau negosiasi kontrak, didesain
untuk
menghindari atau meminimalkan risiko-risiko dalam kegiatankegiatan tersebut. Sering
checklists menjadi bagian dari prosedur
jaminan
kualitas dan dokumentasi perusahaan.
o
Dokumentasi
risiko
Setiap elemen dan risiko harus
diberikan nomor. Penomoran
ini bertujuan untuk memudahkan
penyimpanan dan pencarian
data. Seringkali nomor risiko dikumpulkan
dalam nomor elemen,
dan dan kumpulan itu diberi nomor
dapat diperluas sesuai dengan
perkembangan analisa.
Analisis Risiko | kualitatif
Analisis Risiko adalah
rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari
akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun
portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan proyek. Pemahaman yang
akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko
yang terarah dan berhasil guna. Secara umum terdapat dua metodologi analisa
risiko, yaitu
1. Kuantitatif; Analisa
berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial)
terhadap besamya kerugian
yang terjadi.
2. Kualitatif; sebuah
analisa yang menentukan risiko tantangan
organisasi di mana penilaian
terse but dilakukan berdasarkan intuisi,
tingkat keahlian dalam
menilai jumlah risiko yang mungkin terjadi
dan potensi kerusakannya.
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah
proses menilai (asssesment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan efeknya
terhadap tujuan proyek.
Analisis Risiko I kuantitatif
Analisa risiko secara
kuantitatif adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi risiko kemungkinan
kerusakan atau kegagalan sistem dan memprediksi besarnya kerugian.
Tahap-tahap Analisa Risiko Kuntitatif:
• Menentukan nilai
informasi dan asset baik secara tangible dan
intangibel.
• Menetukan estimasi
kerugian untuk setiap risiko yang
teridentifikasi.
• Mela• Memperoleh risiko
yang berpotensi terjadi.
· •
Memilih langkah-langkah atau strategi penanganan (Safeguards)
untuk setiap risiko.
• Menentukan aksi untuk
merespon risiko yang ada (e.g. mitigasi,
menghindar,
menerima).kukan analisa risiko.
Penanganan Risiko (Risk Response J,lanning)
Risk response planning
adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi
sampai pada batas yang dapat diterima.
risiko dikelompokkan dalam beberapa kategCiri, yaitu
1.
Menghindari
Risiko
2.
Reduksi
Risiko (mitigasi)
3.
Menerima
Risiko
4.
Transfer
Risiko
Yang Bertanggungjawab terhadap Risiko
Tanggung jawab manajemen
untuk menghadapi setiap risiko dan memastikan rencana-rencana penanganan yang
efektif diimplementasikan harus ditetapkan dan direkam. Untuk setiap risiko
yang diidentifikasi hendaknya jelas siapa pemilik/penanggungjawabnya. Risk
management plan dibuat oleh tim proyek di bawah pimpinan manajer proyek dan
arahan dari senior management. Kalau diperlukan bisa meminta konsultan
eksternal untuk membantu. Tanggungjawab dan peran terhadap proses manajemen
risiko berbeda tingkatan untuk setiap bagian/ stakeholder dari manajemen
proyek. Peran-peran kunci dalam manajemen risiko dan tanggungjawabnya adalah:
·
Senior
management, yang harus menyusun kebijaksanaan mengenai manajemen risiko
organisasi, mendukung secara aktif tindakan manajemen risiko yang diperlukan
untuk proyek dan memastikan bahwa semua stakeholder proyek mendukung tindakan
ini. Peran lain sangat bergantung pada karakteristik proyek.
·
Manajer
ProyekfDirektur, memimpin tim proyek dan bertanggungjawab
dengan
kewenangannya untuk mencapai tu juan proyek termasuk
manajemen
risiko yang berkaitan dengan proyek.
·
Pemilik
risiko (Risk Owners), mempunyai tanggungjawab dan
wewenang
untuk menangani risiko yang telah teridentifikasi. Dalam
tim
proyek ia berperan sebagai manajer dari paket kerja (work package}.
Risk
owners must have the resources necessary to treat their risks. Risk owners
are also
assigned to monitor risks that are not being treated.
·
Manajer
Risiko (Risk Manager), mempunyai tanggungjawab,
akuntabilitas
dan wewenang memastikan proses manajemen risiko
diterapkan
secara efektif.
·
Tim
Proyek yang bertanggungjawab untuk:
membantu
dalam identifikasi analisis dan evaluasi risiko membantu
dalam
mengembangkan treatment terhadap risiko dan,aktivitas manajemen risiko seperti
ditetapkan dalam penaganan risiko risk management plan.
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar